Beranda | Artikel
Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
Jumat, 24 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas

Mengimani Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas pada Sabtu, 27 Dzulqa’idah 1441 H / 18 Juli 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Iman Kepada Rasul Mengandung Empat Unsur

Diutusnya Nabi Muhammad merupakan nikmat yang paling besar yang wajib kita syukuri. Dan ini termasuk dalam pokok-pokok nikmat. Kita bisa tahu tentang Islam, bisa tahu tetnang berjalan di atas jalan yang benar, tahu bagaimana beribadah kepada Allah, mentauhidkan Allah, yaitu dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ini adalah pokok nikmat yang wajib kita syukuri.

Oleh karena itu Allah menyebutkan dalam surah Ali-Imran bahwa diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan nikmat yang paling besar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَقَدْ مَنَّ اللَّـهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿١٦٤﴾

Sungguh Allah telah memberikan karunia (nikmat yang besar) kepada kaum mukminin tatkala Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari diri mereka sendiri (dari jenis manusia dan dari bangsa Arab), yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al-Qur’an) dan Al Hikmah (Sunnah). Dan sungguh-sungguh mereka sebelum itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran[3]” 164)

Artinya sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, umat ini dalam kesesatan, dalam kegelapan; kegelapan syirik, kegelapan kebodohan, masa jahiliyah. Diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merupakan nikmat yang besar yang wajib kita syukuri. Makanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah sebagai rahmatan lil ‘alamin.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾

Dan tidaklah Kami utus engkau (Muhammad), melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya[21]: 107)

Makanya kita bersyukur kepada Allah dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Seperti yang sudah saya jelaskan ketika kita membahas tentang iman kepada Rasul-Rasul, bawa diutusnya para Rasul merupakan kebutuhan. Bahkan lebih dari kebutuhan manusia kepada makan, minum dan yang lainnya. Begitu juga diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ini merupakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh seluruh manusia di alam semesta ini. Allah menyebutkan bahwa Allah telah memberikan karunia yang besar kepada orang beriman. Karena mereka beriman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Tugas Nabi adalah membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah. Dan diantara tugas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah membersihkan hati manusia dari kesyirikan kepada tauhid, membersihkan hati manusia dari riya’ kepadanya ikhlas, membersihkan hati manusia dari berbagai macam penyakit-penyakit hati. Maka diantara tugas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah tazkiyatun nufus. Dan ini juga diantara tugas para Dai, yaitu membersihkan hati manusia, bukan sekedar belajar, mengaji, menuntut ilmu, berdakwah, bukan hanya itu. Tapi juga bagaimana hati ini menjadi bersih, menjadi lebih baik daripada sebelumnya, yang tadinya dia sombong dan angkuh menjadi tawadhu, yang tadinya dia sering pamer menjadi ikhlas, yang tadinya berbuat kesyirikan-kasyirikan dia bersihkan kembali kepada tauhid, yang tadinya dia berbuat bid’ah menjadi melaksanakan sunnah dan yang lainnya. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga mengajarkan kepada manusia Al-Kitab dan Hikmah, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Artinya diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah nikmat yang paling besar yang wajib kita syukuri. Nikmat yang paling besar dari semua nikmat adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan hal ini adalah konsekuensi syahadat kita.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ

“Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah”

Poin 23 – Iman Kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

Allah berfirman dalam surat At-Taubah di ayat 128:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ ﴿١٢٨﴾

Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, dia sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi kamu, dan sangat penyantun dan penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah[9]: 128)

Di dalam ayat ini Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan tiga sifat yang mulia yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu:

Pertama, terasa berat olehnya penderitaan yang kamu alami

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa berat jika umatnya ditimpa kesusahan. Artinya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mau kalau umatnya berat dalam melaksanakan syariat agama ini. Disini menunjukkan bahwa syariat agama Islam sangat mudah. Tidak mungkin sulit, karena Nabi tidak ingin umatnya mengalami kesulitan dalam beragama.

Seluruh syariat agama Islam semuanya mudah. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di tengah-tengah ayat puasa:

…يُرِيدُ اللَّـهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ…

Allah menghendaki kepada kalian kemudahan dan Allah tidak menghendaki kepada kalian kesulitan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 185)

Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِنَّ هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ

“Sesungguhnya agama Islam ini agama yang mudah.” (HR. Bukhari)

Seluruh syariatnya (mudah); apakah tentang aqidah, ibadah, akhlak, rumah tangga, muamalah atau apa saja, semuanya mudah. Tidak ada satupun yang menyulitkan manusia. Tidak mungkin Allah menurunkan agama yang akan menyusahkan manusia, tidak mungkin. Seluruh syariat agama Islam semuanya mudah, sama sekali tidak ada yang sulit. Dan Al-Qur’an Allah turunkan untuk memudahkan manusia. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat Thaha berfirman:

مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَىٰ ﴿٢﴾

Kami tidak turunkan Al-Qur’an untuk menyusahkan kalian.” (QS. Thaha[20]: 2)

Jadi seluruh syariat agama Islam ini semuanya mudah. Ini yang harus kita ingat dan harus diingat oleh seluruh manusia bahwa agama Islam mudah, tidak ada yang sulit.

Kedua, berkeinginan keras untuk menunjuki manusia

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menginginkan keimanan dan keselamatan bagi manusia ini. Jadi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berusaha bagaimana menunjuki manusia ke jalan yang lurus. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengajak umatnya kepada kebenaran, mengajak umatnya kepada keselamatan, mengajak umatnya untuk menuju ke surga.

Dan tugasnya para Dai demikian, harus semangat dia dalam memberikan hidayah kepada manusia, mengajak mereka kepada kebenaran, mengajak mereka kepada tauhid, melarang mereka dari syirik. Kemudian juga menjelaskan kepada mereka tentang hukum-hukum Allah agar mereka tahu bagaimana berjalan diatas kebenaran ini dan agar sampai kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jadi harus semangat. Dan ini besar ganjarannya menunjuki manusia. Seorang Dai berusaha berdakwah itu agar manusia mendapatkan hidayah, bukan sekadar menyampaikan. Tapi bagaimana dengan dia menyampaikan itu orang mendapatkan hidayah, orang mendapatkan ilmu yang bermanfaat, orang ini bisa mengamalkan ilmu itu dan mereka berjalan diatas jalan keselamatan. Jadi tidak ada dakwah bermalas-malasan.

Ketiga, sangat kasih dan sayang

Perhatikan sifat sayangnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umat ini. Nabi menjelaskan bagaimana beribadah kepada Allah, bagaimana mentauhidkan Allah, menjauhkan segala macam syirik, itu semua adalah bentuk sayang.

Jadi ketika kita mendakwahkan dakwah tauhid, justru karena kita sayang kepada umat Islam. Kalau seandainya kita tidak menjelaskan kepada umat Islam tentang bahaya syirik dan juga jalan-jalan yang membawa manusia kepada kesyirikan, orang tidak akan tahu kebenaran, orang tidak akan tahu bagaimana beribadah kepada Allah dengan benar.

Jadi bentuk kasih sayang itu adalah menjelaskan kepada umat ini tentang tauhid, dan ini yang paling asas. Juga menjelaskan kepada umat tentang syirik beserta rinciannya. Yaitu tentang bahaya syirik dan jalan-jalan yang membawa kepada kesyirikan. Seperti orang datang ke kubur-kubur keramat, datang ke kubur-kubur wali untuk meminta ke sana, orang memakai jimat-jimat, ini syirik.

Jadi harus dijelaskan kepada umat Islam agar mereka tahu yang mana tauhid dan yang mana syirik, yang mana sunnah dan mana bid’ah, mana yang taat dan mana yang maksiat. Inilah yang Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dakwahkan siang dan malam.

Justru karena kita sayang kepada umat. Namun dibalik oleh iblis, seakan-akan orang yang mendakwahkan dakwah tauhid dikatakan “keras”, itu iblis yang bilang. Kemudian iblis mewahyukan kepada wali-walinya mengatakan bahwa dakwah yang mengajak manusia kepada tauhid dikatakan keras, dakwah yang melarang orang berbuat syirik dikatakan keras. Padahal justru dakwah melarang orang untuk berbuat syirik adalah dakwah  yang benar. Sebab syirik adalah kedzaliman yang paling dzalim, kemungkaran yang paling mungkar, maksiat yang paling maksiat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

…إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾

Syirik adalah kedzaliman yang besar.” (QS. Luqman[31]: 13)

Justru inilah dakwah yang didakwahkan oleh para Rasul ‘Alaihimush Shalatu was Salam. Semua Nabi, semua Rasul, mendakwahkan dakwah tauhid. Ini adalah bentu kkasih sayang kita kepada umat. Jika tidak dijelaskan tentang tauhid, tentang syirik, tentang bahaya kesyirikan, orang tidak akan tahu selama-lamanya. Dia akan rugi kalau dia mati dalam keadaan berbuat syirik. Allah berfirman:

… إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّـهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّـهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ ﴿٧٢﴾

Sesungguhnya orang yang berbuat syirik diharamkan bagi mereka surga, tempat tinggal mereka di neraka. Dan mereka tidak mendapatkan penolong sama sekali.” (QS. Al-Maidah[5]: 72)

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48780-mengimani-nabi-muhammad-shallallahu-alaihi-wa-sallam/